Selasa, 15 Februari 2011

“Pengantar Psikologi Lingkungan”

“Pengantar Psikologi Lingkungan”


Ø     Latar Belakang Sejarah Psikologi Lingkungan
Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan Field Theory (Teori Medan) yang merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Lewin juga menhgatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari kepribadian dan lingkungan, sehingga dapat diformulasikan menjadi :
            T L = f(P.L)
            TL  = tingkah laku
            f      = fungsi
            P     = pribadi
            L     = lingkungan

Berdasarkan rumusan tersebut, Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang terjadi selama interaksi antara manusia dan lingkungan. Masing-masing komponen tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yang terjadi pada medan interaksi, yaitu daya tarik dan daya mendekat dan daya tolak dan daya menjauh.
Sebelum kita kenal istilah psikologi lingkungan yang sudah baku, semula Lewin memberikan istilah ekologi psikologi. Lalu pada tahun 1947, Roger Barker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah setting perilaku untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari-hari. Istilah psikologi arsitektur pertama kali diperkenalkan ketika diadakan konferensi pertama di Utah dan jurnal profesional pertama yang diterbitkan pada akhir tahun 1960-an banyak menggunakan istilah lingkungan dan perilaku. Baru pada tahun 1968, Harold Proshansky dan William Ittelson memperkenalkan program tingkat doktoral yang pertama dalam bidan psikologi lingkungan di CNUY (City University of New York) (Gifford, 1987).

Ø         Definisi Psikologi Lingkungan
Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagaiperjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan. Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang. Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.

Ø     Lingkup Psikologi Lingkungan
Berdasarkan objek yang dipelajarinya, psikologi dapatdibedakan atas:
٭      Psikologi yang mempelajari manusia
٭      Psikologi yang mempelajari hewan.
Psikologi Manusia
Cakupan yang cukup luas, menyebabkan dilakukannya pengelompokkan dalam psikologi manusia.
Atas dasar tujuannya, dibedakan atas:
§  Psikologi Teoritis
§  Psikologi Praktis
Atas dasar objek yang dipelajarinya, dibedakan atas:
§  Psikologi Umum
§         Psikologi Khusus

Ø     Ambient condition & Architectural Features

Dua bentuk kualitas lingkup yang meliputi Ambient Condition dan Architectural Features sebagaimana yang telah di bahas di muka,berikut ini akan dibahas kedua kualitas lingkungan tersebut secara mendalam.

A.    Ambient condition
Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition).Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) menyajikan beberapa kualitas fisik yang memperngaruhi perilaku yaitu:kebisingan,temperatur,kualitas udara,pencahayaan,dan warna.
      Dari faktor volume dikatakan bahwa suara yang makin keras akan dirasakan mengganggu.Suara kendaraan di jalan raya dari jarak 17 meter (70db) sudah mulai mengganggu pembicaraan melalui telepon.
      Faktor kendali amat terkait dengan perkiraan.jika kita menyetel musik cadas atau menyalakan gergaji mesin,kita tidak merasakan sebagai kebisingan karena kita dapat mengaturnya sekehendak kita kapan suara itu diperlukan.Akan tetapi bagi orang lain yang tidak menginginkannya,hal itu merupakan kebisingan yang amat mengganggu.
      Suhu dan Polusi udara.Menurut Holahan(1982) tingginya suhu dan polusi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.
      Pencahayaan dan Warna.Menurut fisher dkk.(1984) terdapat banyak efek pencahayaan yang berkaitan dengan perilaku.Pada dasarnya,cahaya dapat mempengaruhi kinerja,dengan cara mempermudah atau mempersulit pengelihatan ketika kita mengerjakan sesuatu.Pada satu sisi,tidak adanya cahaya sama sekali akan membuat kita tidak mampu mengerjakan suatu tugas karena kita tidak dapat membacanya.
      Pencahayaan dan warna di dalam ruangan.intensitas pencahayaan dan preferensi warna merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan,meski di dalam preferensi warna seorang lebih banyak dipengaruhi oleh subjektifitas.Preferensi warna tersebut barangkali akan menjadi lebih baik apabila disertai dengan adanya pemahaman terhadapsituasi yang lebih mendalam terhadap jenis ruangan apa yang akan dirancang.

B.     Architectural features
Didalam membicarakan erchitectural features,maka diantara beberapa hal yang termasuk didalamnya tidak akan dibicarakan semua.Dua unsur yang akan dibahas disini adalah unsur estetika dan pengaruh perabot.
Estetika.Pengetahuan mengenai estetika memberi perhatian kepada dua hal. Pertama,indentifikasi dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dari suatu objek atau suatu proses keindahan atau paling tidak suatu pengalaman yang menyenangkan.Kedua,untuk mengetahui kemampuan manusia untuk menciptakan dan menikmati karya yang menunjukan estetika.
Perabot.Perabot,pengaturannya dan aspek-aspek lain dari lingkungan ruang dalam merupakan salah satu penentu yang penting.Pengaturan perabotan dalam ruang dapat pula mempengaruhicara orang mempersepsikan ruangan tesebut.Beberapa penelitian bertujuan semata untuk memperkuat apa yang selama ini kita ketahui atau perkirakan keberadaannya. Misalnya,Imamoglu (dalam heimstra dan Mcfarling,1978;fisher dkk,1984) menemukan bahwa ruangan yang kosong dipersepsikan lebih besar dari pada ruangan berperabot.
Pengaturan perabot dapat digunakan untuk membantu mengatur perencanaan tata ruang arsitektur suatu seting. Pada kebanyakan konteks lingkungan,dinding,lokasi pintu ,dan sebagainya sudah ditetapkan dan bagian-bagian ini sulit untuk dipindah-pindahkan.Sampai batas-batas tertentu elemen-elemen ini memang membentuk ruangan didalam sebuah bangunan.


                                                           Daftar Pustaka                    

         Artikel. Diakses pada tanggal 14 Februari 2011, dari http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.html.

Artikel. Diakses pada tanggal 15 Februari

Artikel. Diakses pada tanggal 15 Februari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar